Surabaya, gaspolnews.com - Sejumlah Korwil dan Korda Ika Uinsa menolak hasil Muktamar Ika Uinsa ke-2. Pasanya Muktamar yang memutuskan Ida Fauziyah sebagai Ketua Umum (Ketum) Ika Uinsa pada 25-26 Maret 2022 di Novotel Surabaya itu dianggap proses pemilihannya tidak demokratis, karena tidak memberikan kesempatan Korda-Korda dan Korwil menyampaikan aspirasinya dalam memilih Ketum Ika Uinsa melalui pilihan secara langsung, padahal di Muktamar Ika Uinsa ke- 1 semua Korwil dan Korda diberikan waktu menyampaikan usulan dan aspirasinya bergantian kemudian baru secara musyawarah dengan aklamasi Imam Nahrawi dinyatakan sebagai Ketum Ika Uinsa saat itu.
"Tapi pada Muktamar ke-2 Ika Uinsa kali ini terasa sangat aneh yaitu aspirasi teman-teman korwil dan korda-korda diacuhkan saat proses pemilihan ketum, itu sepertinya sudah settingan untuk calon tertentu sehingga kalau begitu caranya buat apa Korwil dan Korda itu diundang hadir ke Muktamar ini, apabila tidak bisa diberikan kesempatan menyampaikan hak suara menentukan pilihan calon, " beber Ketua Korda Ika Uinsa Tuban Hasan Sumarto kepada gaspolnews.com, Sabtu (26/03/2022).
Menurut Hasan Sumarto sebelum sidang pemilihan Ketum, sebanyak 30 dari Korwil dan Korda Ika Uinsa dikumpulkan oleh Ketua Korda Gresik Ahmad Yani Elbanis di kamar 1012 hotel Novotel untuk menyamakan persepsi, agar Korda-Korda dan Korwil bisa memberikan hak suaranya pada saat sidang pemilihan Ketum Ika Uinsa.
"Pertemuan kami itu menghasilkan kesepakatan mengusung calon lain yaitu Pak Anwar Sadad, tapi sepertinya sudah settingan tahu-tahu waktu sidang pemilihan mereka mengarah pada calon tertentu untuk aklamasi, dengan tidak memberikan kesempatan kepada kami menyampaikan usulan dan aspirasi," lanjutnya dengan nada kesal.
Selain itu lanjut Hasan Sumarto proses saat pemilihan Ketum Ika Uinsa banyak yang interupsi dari para peserta, namun tidak diindahkan pimpinan sidang sehingga terkesan sudah dikondisikan agar semua sepihak aklamasi dan digedok tanpa berikan kesempatan kepada yang hadir, terutama pada perwakilan dari korda dan korwil. Peserta yang hadir lebih banyak itu bersuara setuju tapi tidak punya hak suara.
"Sebetulnya Korda Tuban tidak ada masalah siapapun yang menjadi Ketum Ika Uinsa kalau Muktamar dilakukan secara fair, tidak begitu caranya itu namanya sepihak mau menang sendiri dan sangat bertentangan dengan tata tertib AD/ART organisasi karena mencederai demokrasi", lanjutnya dengan nada tinggi.
Saat sidang berlangsung pemilihan Ketum Ika Uinsa, tampak Ketua Korda Ika Uinsa Bangkalan Ahmad Fauzan mengusulkan pemilihan Ketum Ika Uinsa ke-2 harus berlangsung demokratis."Korda Bangkalan menyampaikan aspirasi agar pemilihan Ketum dilakukan secara demokratis," ujar Fauzan yang anggota KPU Bangkalan tanpa menyebutkan nama calon Ketum Ika Uinsa.
Dalam pemilihan Ketum Ika Uinsa berlangsung singkat dipimpin Thoriqul Haq yang juga Bupati Lumajang, saat memimpin sidang peserta diberi kesempatan membaca rancangan tata tertib pemilihan ketum durasi waktu 3 menit kemudian disahkan menjadi tata tertib dilanjutkan pemilihan Ketum.
Saat pemilihan ketum, pimpinan sidang langsung meminta tiga Korda menyampaikan usulannya, pimpinan sidang menyebut Korda Lumajang, Bangkalan dan Tulungagung untuk menyampaikan usulannya. Korda Lumajang mengusulkan pemilihan secara aklamasi untuk mengesahkan Ida Fauziah, kemudian Korda Bangkalan meminta dalam usulannya agar dipilih secara demokratis, kemudian Korda Tulungagung meminta usulkan untuk disahkan Ida Fauziyah sebagai ketum, selesai mendengar usulan ketiga Korda tersebut pemimpin sidang meminta persetujuan forum Muktamirin namun peserta ada yang interupsi sudah digedok pimpinan sidang.
Sekretaris Korda Ika Uinsa Gresik Arif Rahman menyesalkan proses berlangsungnya Muktamar tersebut, harusnya fair dan memberikan kesempatan muktamirin menyampaikan uneg-unegnya tidak justeru seenaknya sendiri hanya untuk menyenangkan oknum tertentu dan kelompoknya.
"Muktamar ini jauh menunjukkan sebagai alumni kampus Islami, kami sangat kecewa semoga kedepan tidak terjadi lagi dan menjadi pelajaran kita semua karena Ika Uinsa itu milih bersama bukan perorangan atau kelompok tertentu," ujarnya.
Senada disampaikan Afif Korda Mojokerto juga tidak habis pikir Muktamar tidak menghargai aspirasi dari Korwil dan Korda yang datang jauh-jauh ke Surabaya untuk mengikuti Muktamar.
"Teman-teman Korda dari luar daerah sangat menyayangkan kok begitu proses pemilihan Ketum di Muktamar, mereka hanya tidak mau rame saja karena sudah bukan mahasiswa, jadi ya dibiarkan tapi sangat kecewa," ujarnya.
Sementara itu Korda Ika Uinsa Pati Jawa Tengah Supriono juga menilai Muktamar seperti dagelan, padahal momen Muktamar itu forum tertinggi organisasi harusnya dijadikan ajang evaluasi melalui aspirasi Korda dan Korwil.
"Mau ngomong apa kami baru turun dari kordinasi rapat menyamakan persepsi dengan 30 Korda dan Korwil dari kamar Mas Yani Ketua Korda Ika Uinsa Gresik, tahu tahu sidang pemilihan Ketum sudah dimulai belum kami baca tata tertibnya karena belum kami dapatkan dari panitia sidang sudah digedok pimpinan sidang," ujarnya dengan nada heran.
Disisi lain Ketua Korwil Ika Uinsa Pantura Hamim Thoifur tidak bisa menutupi rasa prihatin, dia dua kali terlihat berdiri mengacungkan tangan interupsi saat sidang pemilihan Ketum untuk meminta sidang tidak digedok terlebih dahulu aklamasi, karena masih hanya dua Korda yang menyampaikan itupun atas permintaan pimpinan sidang sehingga dinilai masih belum bisa dijadikan dasar dalam memutuskan aklamasi.
"Sama sekali sidang Muktamar tidak menghargai teman-teman Korwil dan Korda kalau begitu caranya, karena mereka ingin pemilihan langsung secara demokratis dengan hak suaranya," ujar Hamim Thoifur saat ngumpul bersama Korwil dan Korda dari Luar Jawa Timur yang banyak keluar dari arena sidang Muktamar karena kecewa proses sidang pemilihan Ketum tersebut.
Dari tempat yang sama Ketum Ika Uinsa yang dinyatakan terpilih aklamasi oleh Pimpinan Sidang yaitu Ida Fauziyah diberi kesempatan menyampaikan pidato singkat oleh pimpinan sidang.
“Ini muktamar yang cukup dramatis, karena berlangsung sangat cepat. Ini sungguhan apa guyonan ya?, saya maunya wakil Ketua bukan Ketua Umum," ujar Ida Fauziah.
Ia mengaku setengah tidak percaya saat diminta persetujuannya atas dukungan aklamasi dari peserta muktamar.
Menteri Tenaga Kerja (Menaker) asal Mojokerto ini tidak langsung memberi jawaban pasti saat dimintai kesediaannya untuk menjadi ketum IKA UINSA, kemudian pimpinan sidang menanyakan kepada muktamirin dijawab setuju peserta yang duduk di depan tapi kebanyakan dari mereka tidak punya hak suara, sedangkan para peserta perwakilan Korda dan Korwil yang punya hak suara banyak duduk di belakang tampak saling interupsi, namun langsung digedok palu oleh pimpinan sidang lalu dari mereka bergantian keluar meninggalkan ruangan sidang. (gsp)